Minggu, 01 Maret 2009




PERGESERAN ADAT BATAK TOBA

Sejak dahulu kala etnis Batak Toba sangat setia melaksanakan upacara adat dalam berbagai kegiatan. Adat sebagai bahagian dari kebudayaan elemen untuk mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan merupakan identitas budaya dalam khasanah kebhinekaan di dalam negara tercinta ini. Pada dasarnya adat di dalam implementasinya berfungsi menciptakan dan memelihara keteraturan, ketentuan-ketentuan adat dalam jaringan hubungan sosial diadakan untuk menciptakan keteraturan, sehingga tercapai harmonisasi hubungan secara horizontal sesama warga dan hubungan vertikal kepada Tuhan. Dengan demikian adat adalah aturan hukum yang mengatur kehidupan manusia sehingga bisa menciptakanketeraturan, ketentraman dan keharmonisan (Prof DR B Simanjuntak,2001).

Pada saat sekarang ini dalam setiap pelaksanaan adat Batak Toba seringkali terjadi ketegangan, perbedaan pendapat walaupun jarang yang menimbulkan konflik, (jarang bukan berarti tidak pernah). Kenapa hal ini bisa terjadi? Banyak hal yang dapat menimbulkannya antara lain, faktor agama, kemajemukan asal dan etnis dalam suatu daerah, defusi adat yaitu percampuran adat antar etnis misalnya perkawinan berlainan suku, pengaruh era globalisasi dan lain-lain. Faktor-faktor inilah menyebabkan pergeseran pelaksanaan tata upacara adat Batak Toba pada saat sekarang. Sebenarnya hal ini sudah diantisipasi oleh tokoh adat Raja Patik Tampubolon setelah masuknya agama (Kristen) ke tanah BatakToba. Beliau mengelompokkan pergeseran adat itu dalam 3 bahagian dan diimplementasikan oleh DR AB Sinaga dalam tiga species dalam pelaksanaan adat tersebut yaitu, Adat Inti, Adat na Taradat, dan Adat na Niadathon. Dalam perkembangan tata upacara adat Batak Toba padasaat sekarang muncul 1 (satu) spesies lagi yaitu Adat na Soadat. Untuk menghindarkan ketegangan dan beda pendapat kita harus mengetahui dan semufakat bahagian adat manakah yang akan dilaksanakan dalam suatu upacara adat dari ke 4 (empat) spesies upacara adat.

1. ADAT INTI
Adat inti mencakup seluruh kehidupan yang terjadi pada penciptaan dunia oleh Debata Mulajadi Nabolon. Adat inti diberikan bersamaan dengan penciptaan. Sesudah Mulajadi Nabolon menciptakan dewa tiga serangkai yaitu Batara Guru, Bala Sori dan Bala Bulan, maka dengan segera dimamahkanlah kepada mereka undang-undang dan hukum untuk mengetahui yang baik dan yang buruk. Tatkala pada awal mula manusia pertama dicipta (ada) di dunia ini maka Mula Jadi Nabolon memeteraikan “adat” dalam diri manusia tersebut serta memeteraikan undang-undang dan hukum ke dalam hati mereka tentang yang boleh dan terlarang, yakni “terlarang” (tongka), “jangan” (unang) dan tak patut (naso jadi).

Dengan demikian, Adat Inti mutlak harus dituruti dan dilaksanakan sebagai undang-undang, adat dan hukum dalam kehidupan, seperti yang ditegaskan dalam ungkapan berikut :

Adat do ugari
Sinihathon ni Mulajadi
Siradotan manipat ari
Siulahonon di siulu balang ari artinya :
Adat adalah aturan yang ditetapkan oleh Tuhan Pencipta, yang harus dituruti sepanjang hari dan tampak dalam kehidupan (Simanjuntak,1966).

Harus diakui bahwa adat dilakukan pada saat sekarang oleh masyarakat Batak Toba adalah mengacu pada Adat Inti, walaupun secara empirik tata cara Adat Inti ini tidak pernah lagi dilaksanakan secara utuh. Sifat adat inti adalah “primer” dalam arti mendahului dan konsitutif terhadap yang lain yang mengemban muatan etis normatif dan kemutlakan serta konservatif (tidak berubah). Pelaksanaan Adat Inti tidak boleh dimufakati untuk mengobahnya dalam upacara adat karena terikat dengan norma dan aturan yang diturunkan oleh Mula Jadi Nabolon (sebelum agama mempengaruhi sikap etnis Batak Toba terhadap upacara adat). Misalnya menentukan hari pelaksanaan upacara adat (maniti ari), menentukan media dan adat yang akan digunakan dalam upacara adat. Misalnya menentukan daging yang akan dimakan, kerbau, lembu atau babi, tergantung pada jenis adat yang dilaksanakan. Gondang sabangunan atau uning-uningan, musik tiup, key board tidak dikenal (tidak diperbolehkan) dalam pelaksanaan adat inti, dan banyak lagi norma-norma yang mutlakharus ditaati dan dipenuhi sejak merencanakan kegiatan, hari pelaksanaan dan sesudah upacara adat. Karena adat inti ini mutlak dan konservatif serta mengemban muatan etis normatif pelaksanaannya tidak bisa diobah. Misalnya, acara adat sari matua tidak bisa diobah menjadi acara adat saur matua dan lain-lain. Menurut RP Tampubolon menuruti atau melanggar adat inti sebagai undang-undang (patik) dan hukum (uhum) adalah soal hidup atau mati, melanggar dan mengobahnya adalah dosa berat yang mengakibatkan kebinasaan.

Dengan uraian tentang Adat Inti di atas maka kita pada saat sekarang yang masih setia melaksanakan upacara adat, kita tidak mungkin lagi (tidak mampu) melaksanakannya sesuai dengan iman berdasarkan agama yang kita anut dan inilah merupakan pergeseran pelaksanaan adat yang kita laksanakan.

2. ADAT NA TARADAT
Secara harafiah, adat na taradat adalah undang-undang dan kelaziman yang berupa adat. Adat itu menyatakan istiadat yang oleh suatu persekutuan desa, atau tempat tinggal di daerah perantauan dan juga oleh agama diubah dan dimasukkan menjadi suatu kelaziman atau kebiasaan yang boleh disebutkan adat yang dimufakati oleh warga-warga masyarakat. Ciri khas dari adat na taradat ini adalah pragmatisme dan fleksibilitas boleh jadi dilaksanakan berdasarkan sistematika adat inti. Dalam spesies adat kedua ini pelaksanaan adat demikian akomodatif dan lugas untuk menerima pengaruh daerah manapun asal dapat beradaptasi dengan acuan adat inti. Perpaduan fleksibilitas dan fragmatis menjadikan adat luput dari kekakuan dan kegamangan oleh adat inti yang stagnasi dan konservatisme. Adat na taradat ini bersifat adaptatif dan menerima pergeseran dari adat inti dan bahagian adat inilah yang dilaksanakan oleh pelaku-pelaku adat Batak Toba pada saat sekarang dengan berpedoman kepada ungkapan folklor Batak Toba.

Tuat ma na di dolok martungkot siala gundi
Napinungka ni ompunta na parjolo
Tapa uli-uli (bukan tai huthon) sian pudi
(Turunlah yang di bukit bertongkat siala gundi, yang sudah dimulai leluhur kita terdahulu kita perbaiki dari belakang). Artinya adat istiadat yang sudah diciptakan dan diturunkan nenek moyang kita terdahulu kita ikuti sambil diperbaiki (disesuaikan) dari belakang. Ungkapan ini menunjukkan permufakatan pergeseran pelaksanaan adat. Hal ini sering menimbulkan perdebatan di kalangan tokoh-tokoh adat (raja parhata) dan pelaku-pelaku adat. Perdebatan ini sering terjadi dengan suara yang kuat khas Batak Toba antara kelompok yang “seperti” setiap dengan adat inti dengan kelompok yang ingin perubahan oleh sesuatu hal. Lalu perdebatan diredakan dengan beberapa ungkapan umpama dan umpasa yang menimbulkan permufakatan untuk pelaksanaan upacara adat dengan menerima pergeseran dan perubahan antara lain :

- Aek godang tu aek laut. Dos ni roha do sibahen na saut, artinya
Kesamaan pendapat untuk jadi dilaksanakan
- Nangkok si puti tuat si deak Ia i na ummuli ima tapareak, artinya
Sesuatu yang lebih baik itulah yang dilaksanakan

Oleh karena permufakatan untuk pergeseran pelaksanaan adat itu, hampir pada semua upacara adat Batak Toba terjadi perubahan. Misalnya pada upacara perkawinan, sistematika atau urut-urutan tata cara perkawinan sering tidak dilaksanakan lagi mulai dari, marhori-hori dinding, marhusip, marhata sinamot, sibuha-buhai, mangan juhut, paulak une, maningkir tangga. Marhori-hori dinding adalah istilah yang digunakan kepada anak kecil yang mulai belajar berjalan. Anak kecil tersebut memegang dinding sambil melangkah penuh ke hati-hatian supaya jangan terjatuh. Istilah ini pulalah yang dipakai untuk menanyakan pihak yang punya putri oleh pihak yang punya anak yang akan dikawinkan. Dengan hati-hati pihak paranak menanyakan soal prinsip apakah anak gadis parboru sudah siap untuk dikawinkan, kalau sudah siap pada hari-hari berikutnya dilanjutkan dengan marhusip yaitu menanyakan kira-kira berapa sinamot yaitu jumlah uang (boli) yang akan diberikan untuk pelaksanaan pesta.

Selanjutnya adalah marhata sinamot yaitu memastikan jumlah sinamot dan pelaksanaan teknis upacara adat pada hari yang ditentukan adalah upacara pesta adat yang dimulai dengan makan sibuha-buhai, itu pembuka pelaksanaan upacara adat lalu bersama-sama ke gereja menerima pemberkatan setelah itu dilanjutkan acara adat di tempat yang telah ditentukan.

Secara garis besar demikianlah sistematika pelaksanaan upacara adat perkawinan Batak Toba pada adat inti. Namun pada saat sekarang dengan permufakatan banyak yang diobah antara lain, marhori-hori dinding, tidak lagi suatu keharusan dilaksanakan. Marhusip yang biasa tidak dihadiri orang tua si anak yang akan dikawinkan, pada saat sekarang justru orang tua si anak yang akan dikawinkan itulah yang memegang peranan dalam acara marhusip, marhata sinamot hanyalah formalitas sekedar mengumumkan apa yang telah dibicarakan pada acara marhusip.

Pada acara marhata sinamot ini pun masih ada sandiwara (pura-pura) menetapkan besar sinamot yang akan diberikan. Jumlah ulos yang harus diterima oleh pihak paranak (pengantin laki-laki) tidak jelas acuannya boleh jadi dari 7 (tujuh) helai sampai 800 (baca delapan ratus) helai.

Paulak une dan maningkir tangga adalah suatu skenario sandiwara upacara adat dalam permufakatan ulaon sadari (diselesaikan dalam satu hari). Substansi acara adat paulak une dan maningkir tangga tidak diperlukan lagi pada saat sekarang.

Demikian halnya pada upacara adat kematian status seseorang yang meninggal bisa diobah dengan permufakatan sesuai dengan permintaan keluarga yang meninggal (hasuhutan). Para tokoh adat dan seluruh sanak famili yang masuk ke dalam sistem kekerabatan akan mengalah apabila hasuhuton meminta status yang meninggal dari status mangido tangiang yaitu seseorang yang meninggal pada saat meninggal belum ada anaknya yang sudah berkeluarga atau sudah ada yang kawin tetapi belum mempunyai cucu dari anak laki-laki dan anak perempuan, diobah status kematiannya menjadi “sari matua” status sari matua menurut adat inti diberikan kepada seseorang yang saat meninggal sudah ada anak laki-laki dan anak perempuan yang sudah berkeluarga dan sudah mempunyai cucu dari anak-anaknya tersebut tapi masih ada yang belum berkeluarga (adong sisarihononhon). Ada juga hasuhuton meminta agar orang tuanya yang meninggal diobah status kematiannya dari sarimatua menjadi saur matua. Saur matua menurut adat inti adalah apabila seseorang saat meninggal mempunyai keturunan laki-laki dan perempuan sudah berkeluarga semua dan dari setiap anak-anaknya yang sudah berkeluarga telah memiliki cucu. Ada juga hasuhuton yang meminta status kematian orang tuanya diobah dari status saur matua menjadi mauli bulung. Kematian status mauli bulung adalah status tertinggi dalam tata upacara adat kematian, mauli bulung adalah apabila seseorang pada saat meninggal meninggalkan keturunannya cucunya telah memiliki cucu dari anak laki-laki dan perempuan atau sudah mempunyai nini dan nono (cicit).

Pergeseran tata acara adat Batak Toba telah terjadi pada setiap kegiatan upacara adat. Misalnya pada upacara adat pemberian ulos tondi pada anak yang sedang hamil 7 bulan diobah menjadi pemberian ulos mula gabe. Substansi pemberian ulos diobah menjadi “mendoakan” anak agar tetap sehat-sehat demikian juga anak yang akan dilahirkan diberikan Tuhan kesehatan. Demikian halnya pada kegiatan upacara adat lainnya perobahan dan pergeseran itu sudah terjadi seperti tata upacara adat, memasuki rumah, menggali tulang belulang, mengambil nama (mampe goar) dan lain-lain

Oleh : Drs Brisman Silaban MSi

IKHTIOLOGI

1.1 Pengertian Ikhtiologi
Ilmu mengenai perikanan di Indonesia relatif masih baru. Akhir-akhir ini ilmu tentang perikanan banyak
dipelajari mengingat ikan merupakan salah satu sumberdaya yang penting. Sebelum kita membahas lebih
lanjut pengertian ikhtiologi, sebaiknya perlu diketahui tentang “Apakah Ikan itu?“. Ikan merupakan salah
satu jenis hewan vertebrata yang bersifat poikilotermis, memiliki ciri khas pada tulang belakang, insang
dan siripnya serta tergantung pada air sebagai medium untuk kehidupannya. Ikan memiliki kemampuan di
dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga
tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin. Dari keseluruhan vertebrata,
sekitar 50,000 jenis hewan, ikan merupakan kelompok terbanyak di antara vertebrata lain memiliki jenis
atau spesies yang terbesar sekitar 25,988 jenis yang terdiri dari 483 famili dan 57 ordo. Jenis-jenis ikan ini
sebagian besar tersebar di perairan laut yaitu sekitar 58% (13,630 jenis) dan 42% (9870 jenis) dari
keseluruhan jenis ikan. Jumlah jenis ikan yang lebih besar di perairan laut, dapat dimengerti karena hampir
70% permukaan bumi ini terdiri dari air laut dan hanya sekitar 1% merupakan perairan tawar.
Setelah kita mendefinisikan pengertian tentang ikan, dapatlah dimengerti mengapa ilmu tentang perikanan
perlu dipelajari. Selain ikan merupakan salah satu sumberdaya yang penting, nilai-nilai kepentingan
yanglain dari ikan antara lain dapat memberikan manfaat untuk rekreasi, nilai ekonomi atau bernilai
komersial, dan ilmu pengetahuan untuk masayarakat. Ikhtiologi atau “Ichthyology“ merupakan salah satu
cabang ilmu biologi yang mempelajari ikan secara ilmiah dengan penekanan pada taksonomi dan aspek-aspek lainnya. Kata ikhtiologi berasal dari pengertian ichtio = ikan dan logos = ilmu, jadi di dalam
ikhtiologi ini dicakup beberapa aspek baik mengenai aspek biologi maupun ekologi ikan.
Dalam mempelajari ihktiologi ini tidak terlepas dari ilmu-ilmu yang lain karena saling berkaitan. Beberapa
cabang ilmu pengetahuan yang sangat terkait dengan ikhtiologi ini antara lain Taksonomi Vertebrata,
Morfologi dan Anatomi Hewan, Fisiologi, Genetika, dan Evolusi.

1.2 Sejarah Ikhtiologi
Ikhtiologi pada awal diperkenalkan oleh Aristoteles (384-322 SM). Aristoteles melakukan observasi untuk
membedakan dan membuat ciri-ciri ikan hingga diperoleh sekitar 115 jenis. Dalam penelitian tersebut,
pertama kali dikemukakan tentang beberapa hal mengenai ikan misal kelamin ikan hiu dapat ditentukan
dari struktur sirip perut. Setelah periode Aristoteles tidak banyak penelitian mengenai ikan, baru pada abad
ke 16 muncul nama-nama beberapa peneliti antara lain Pierre belon (1517-1564), H. Salviani (1514-1572)
dan G. Rondelet (1507-1557). P. Belon telah mempublikasikan tentang ikan pada tahun 1551, dengan
mengklasifikasikan 110 jenis berdasarkan ciri-ciri anatomi ikan. Pada tahun 1554 hingga 1557, Salviani
berhasil mempublikasikan 92 spesies ikan. Pada tahun 1554 dan 1555 Rondelet pertama kali
mempublikasikan hasil penelitiannya dalam sebuah buku Ikhtiologi.
Selanjutnya pengetahuan tentang ikan berkembang cukup pesat, dengan diterbitkannya buku “Natural
History of the Fishes of Brazil” pada tahun 1648. Peter Artedi (1705-1735) membuat suatu sistem
klasifikasi ikan yang diberi judul Father of Ichthyology. Akhirnya Carolus Linnaeus berhasil membuat
Systema Naturae dengan mengadopsi system klasifikasi Artedi dan menjadi dasar dari keseluruhan sistem
klasifikasi ikan. Pada pertengahan abad ke 20 Iktiologi semakin berkembang dengan menggabungkan
beberapa bidang ilmu seperti Ekologi, Fisiologi dan Tingkah laku dalam perkembangan anatomi dan
sistematika ikan. Akhirnya beberapa ahli ikhtiologi seperti C.T Regan, Leo S Berg (1876-1905) dan Carl L
Hubbs (1894-1982) memberikan sumbangan yang besar dalam bidang sistematika ikan. Pada tahun 1940
Berg membuat klasifikasi ikan (Classification of Fish) yang menjadi standar dalam pengklasifikasian ikan
hingga sekarang.

1.3 Klasifikasi Ikan
Informasi yang digunakan dalam mempelajari hubungan evolusioner ikan berawal dari pengetahuan
taksonomi terutama deskripsi ikan. Pengetahuan tersebut menjadi dasar dalam iktiologi dan juga bidangbidang
lain seperti ekologi, fisiologi. Metode yang digunakan dalam bidang taksonomi terbagi menjadi
enam kategori yaitu 1) pengukuran morfometrik, 2) ciri meristik, 3) ciri-ciri anatomi, 4) pola warna, 5)
kariotipe, dan 6) elektroforesis.
Pengukuran morfometrik merupakan beberapa pengukuran standar yang digunakan pada ikan antara lain
panjang standar, panjang moncong atau bibir, panjang sirip punggung atau tinggi batang ekor. Keterangan
mengenai pengukuran–pengukuran ini dibuat oleh Hubbs & Lagler (1964). Pada pengukuran ikan yang
sedang mengalami pertumbuhan digunakan rasio dari panjang standar. Ikan yangdigunakan adalah ikan
yang diperkirakan mempunyai ukuran dan kelamin yang sama. Hal ini disebabkan pertumbuhan ikan tidak
selalu proporsional dan dimorfime seksual sering muncul pada ikan (tetapi seingkali tidak jelas).
Pengukuran morfometrik merupakan pengukuran yang penting dalam mendekripsikan jenis ikan.
Ciri meristik merupakan ciri-ciri dalam taksonomi yang dapat dipercaya, karena sangat mudah digunakan.
Ciri meristik ini meliputi apa saja pada ikan yang dapat dihitung antara lain jari-jari dan duri pada sirip,
jumlah sisik, panjang linea literalis dan ciri ini menjandi tanda dari spesies. Salah satu hal yang menjadi
permasalahan adalah kesalahan penghitungan pada ikan kecil. Faktor lain yang dapat mempengaruhi ciri
meristik yaitu suhu, kandungan oksigen terlarut, salinitas, atau ketersediaan sumber makanan yang
mempengaruhi pertumbuhan larva ikan.
Ciri-ciri anatomi sulit untuk dilakukan tetapi sangat penting dalam mendeskripsi ikan. Ciri-ciri tersebut
meliputi bentuk, kesempurnaan dan letak linea lateralis, letak dan ukuran organ-organ internal, anatomi
khusus seperti gelembung udara dan organ-organ elektrik.
Pola pewarnaan merupakan ciri spesifik, sebab dapat berubah sesuai dengan umur, waktu, atau
lingkungan dimana ikan tersebut didapatkan. Hal ini merupakan bagian penting dalam mendeskripsi setiap
spesies, misal pola pewarnaan adalah ciri spesifik spesies, kondisi organ reproduksi, jenis kelamin.
Masalah utama dalam pewarnaan bila digunakan sebagai alat taksonomi adalah subjektivitas yang tinggi
dalam mendeskripsi ikan.
Kariotipe merupakan deskripsi dari jumlah dan morfologi kromosom. Jumlah krosmosom tiap sel tampaknya menjadi ciri-ciri ikan secara konservatif dan dfigunakan sebagai indikator dalam famili. Jumlah
lengan kromosom seringkali lebih jelas dari pada jumlah krosmosom. Teknik lain yang digunakan
berkaitan juga dengan kariotiping, adalah penghitungan jumlah DNA tiap sel. Namun, jumlah DNA
cenderung berkurang pada spesies terspesialisasi (Hidengarrner & Rosen,1972 dalam Moyle & Cech,
1988).
Elektroforesis merupakan tehnik yang digunakan untuk mengevaluasi kesamaan protein. Contoh jaringan
diperlakukan secara mekanis untuk mengacak struktur membran sel, agar melepaskan protein yang larut
air. Selanjutnya, protein ini diletakkan dalam suatu gel, biasanya terbuat dari pati atau agar, yang
selanjutnya diperlakukan dengan menggunakan arus litrik. Kecepatan pergerakan respon protein untuk
berpindah atau bergerak tergantung pada ukuran molekulnya. Kesamaan genetik dari indiviual dan spesies
dapat dibandingkan dengan ada atau tidak adanya protein yang dibedakan berdasarkan letak dalam gel.
Elektroforesis dapat digunakan untuk menguji variasi genetik dalam populasi.
Berikut ini klasifikasi ikan yang menunjukkan hubungan evolusioner dari kelompok besar ikan.
Filum : Chordata
Subfilum : Myxini, Vertebrata
Superkelas : Gnathostoma, Agnatha
Kelas : Chondrichthyes, Osteichthyes
Subkelas : Holocephali, Elasmobranchi, Sarcopterygii, Actinopterygii
Infrakelas : Chondrostei, Neopterygii
Divisi : Teleostei (jumlah Ordo lebih dari 60 Ordo)

klasifikasinya membedakan ikan ke dalam tiga kelas utama berdasarkan
taksonominya yaitu :
a. Kelas Agnatha, meliputi ikan primitif seperti Lamprey, berumur 550 juta tahun yang lalu dan
sekarang tinggal 50 spesies. Karakteristik ikan ini tidak memiliki sirip-sirip yang berpasangan tetapi
memiliki satu atau dua sirip punggung dan satu sirip ekor.
b. Kelas Chondroichthyes, memiliki karakteristik adanya tulang rawan dan tidak mempunyai sisik,
termasuk kelas primitif umur 450 juta tahun yang lalu dan sekarang tinggal 300 spesies. Misalnya ikan
pari dan ikan hiu.
c. Kelas Osteichthyes, meliputi ikan teleostei yang merupakan ikan tulang sejati, merupakan
kelompok terbesar jumlahnya dari seluruh ikan yaitu melebihi 20.000 spesies dan ditemukan pada 300
juta tahun lalu.

klasifikasinya membedakan ikan ke dalam tiga kelas utama berdasarkan
taksonominya yaitu :
a. Kelas Agnatha, meliputi ikan primitif seperti Lamprey, berumur 550 juta tahun yang lalu dan
sekarang tinggal 50 spesies. Karakteristik ikan ini tidak memiliki sirip-sirip yang berpasangan tetapi
memiliki satu atau dua sirip punggung dan satu sirip ekor.
b. Kelas Chondroichthyes, memiliki karakteristik adanya tulang rawan dan tidak mempunyai sisik,
termasuk kelas primitif umur 450 juta tahun yang lalu dan sekarang tinggal 300 spesies. Misalnya ikan
pari dan ikan hiu.
c. Kelas Osteichthyes, meliputi ikan teleostei yang merupakan ikan tulang sejati, merupakan
kelompok terbesar jumlahnya dari seluruh ikan yaitu melebihi 20.000 spesies dan ditemukan pada 300
juta tahun lalu.



MORFOLOGI IKAN
Tujuan Instruksional Khusus :
1. Mahasiswa mampu membedakan bentuk dan bagian-bagian tubuh ikan
2. Mahasiswa mampu membedakan jenis ikan berdasarkan tipe makanannya
2.1 Bagian-bagian Tubuh Ikan
Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri
yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan
dengan habitat ikan tersebut di perairan. Sebelum kita mengenal bentuk-bentuk tubuh ikan yang bisa
menunjukkan dimana habitat ikan tersebut, ada baiknya kita mengenal bagian-bagian tubuh ikan secara
keseluruhan beserta ukuran-ukuran yang digunakan dalam identifikasi.
Ukuran tubuh ikan. Ukuran standar yang dipakai dapat dilihat pada Gambar 2.1. Semua ukuran yang
digunakan merupakan pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan
badan.
- Panjang total (TL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae) hingga
ujung ekor.
- Panjang standar (SL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae) hingga
pertengan pangkal sirip ekor (pangkal sirip ekor bukan berarti sisik terakhir karena sisik-sisik
tersebut biasanya memanjang sampai ke sirip ekor)
- Panjang kepala (HL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxilla) hingga
bagian terbelakang operculum atau membran operculum.

DESKRIPSI DAN KLASIFIKASI IKAN

Ikhtiologi berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu “Ichthyes” yang artinya ikan dan “Logos” artinya ilmu. Dengan demikian Ikhtiology adalah suatui ilmu pengetahuan yang mempelajari ikan dengan segala aspek kehidupannya (Buku Diktat Ikhtiology, 1989). Ikan didefenisikan sebagai binatang vertebrata yang berdarah dingin (poikiotherm), hidup dalam lingkungan air, pergerakan dan kesetimbangan badannya terutama menggunakan sirip dan pada umumnya bernafas dengan insang (Alamsyah, 1974).

Secara garis besar ikan yang terdapat di alam tebagi atas dua group yaitu Agnatha (Ikan yang tidak memiliki rahang) dan Gnathostomata (Ikan yang memiliki rahang). Kedua group ikan tersebuat dikelompokkan ke dalam tiga kelas yaitu Kelas Cephalaspidomophi, Condrichthyes, dan Osteichthyes (Buku Penuntun Praktikum Ikthiologi, 2007). Susanto (1994), menyatakan bahwa ikan apabila ditinjau dari morfologinya dapat dibagi menjadi tujuh bagian yaitu bentuk tubuh, bentuk mulut, linnea lateralis, sirip, sungut, sisik, dan ciri-ciri lainnya. Sedangkan bagian tubuh lainnya, ikan dapat dibagi tiga bagian yaitu kepala (caput), badan (truncus), dan ekor (caudal).

IKAN GURAMI

Kottelat, et.al., (1993) mengklasifikasikan ikan Gurami ke dalam kelas Pisces, famili Ospronemidae, genus Ospronemus dan spesies Ospronemus gouramy.

Kottelat et.al.,(1993) menyatakan bahwa ikan gurami memiliki ciri-ciri bentuk tubuh pipih lebar, dimana tinggi badan lebih ½ kali dari panjang tubuhnya, sirip punggung panjangnya terdiri 12-13 jari-jari keras dan tajam 11-13 jari-jari lemah, sirip dubur 9-11 jari-jari keras dan 9-21 jari-jari lemah, sirip perut 1 jari-jari keras dan 2 diantaranya jari-jari lemahnya memanjang seperti benang yang berfungsi sebagai alat peraba, sirip dada 2 jari-jari keras yang kecil dan 13-14 jari-jari lemah. Gurat sisi sempurna mulai kepala hingga ekor yang terdiri dari 30-33 keping sisik.

Sitanggang (1987) mengemukakan bahwa ikan gurami termasuk golongan iknan labyrinthici yaitu sebangsa ikan yang memiliki alat pernafasan berupa insang dan insang tambahan (labyrinth). Labyrinth adalah alat pernafasan yang berupa selaput tambahan yang berbentuk tonjolan pada tepi-tepi atas lapisan insang pertama. Pada selaput terdapat pembuluh darah kapiler (zat asam) langsung dari udara dan pernafasannya.

Sitanggang (1987) mengemukakan bahwa ikan gurami adalah makhluk vegetarian yang hanya mau menyantap makanan yang berasal dari tumbuhan.

IKAN BAUNG

Kottelat et.al., (1993) mengklasifikasikan ikan Baung kedalam phylum Chordata, kelas Pisces, subkelas Teleostei, ordo Ostariophysci, subordo Siluridae, famili Bagridae, genus Mystus, species Mystus nemurus.

Djuhanda (1981) menyatakan bahwa ikan Baung memiliki 4 sungut peraba dan satu diantaranya panjang sekali terletak pada sudut rahang atas, panjangnya sampai mencapai sirip dubur. Sirip lemah di punggung mempunyai jari-jari keras, satu daripadanya besar dan meruncing menajdi patel. Jumlah jari-jari lunaknya ada 7 buah, sirip dubur memiliki 12-13 jari-jari lunak dan sirip dada memiliki 8-9 jari-jari dan jari-jari keras yang menjadi patel dan kepalanya besar.

Djajadireja, Satimah, Arifin (1977) menambahkan bentuk badan panjang, tidak bersisik, panjang total 5x tinggi atau 3-3,5 panjang kepala. Badan berwarna kecoklatan, panjang maximum 350 mm.

Djajadireja (1977) menyatakan bahwa ikan baung hidup di habitat air tawar terutama di derah banjir (lebak lebung).

IKAN TOMAN

Saanin (1986) mengklasifikasikan ikan Toman sebagai berikut kelas Osteichthyes, ordo labyrinthici, subordo Ophiocephaloidei, famili Ophiocephalidae, genus Ophiocephalus dan species Ophiocephalus micropeltes.

Asmawi (1986) menyatakan bahwa ikan toman memiliki cirri-ciri sebagai berikut : tubuhnya ditutupi oleh sisik yang berwarna biru kehitam-hitaman pada bagian punggung dan bagian perut berwarna putih cerah , pada ikan Toman muda disepanjang tubuhnya terdapat 2 garis hitam yang membujur, tapi pada ikan yang sudah tua kedua garis tersebut hilang.

IKAN MOTAN

Menurut DJUHANDA (1989), ikan Motan tergolong famili Cyprimidae, ukuran panjang tubuhnya lebih besar dari pada tinggi tubuhnya, bentuknya bilateral simetris, mulutnya terletak di ujung depan kepala atau agak ke bawah, moncongnya dapat ditonjolkan ke depan dan mempunyai gelembung renang yang terbagi dalam dua bagian, bagian belakang lebih kecil dari pada bagian depan.

Ikan Motan di klasifikasikan kedalam kelas Pisces, sub kelas Teleostei, ordo Cypriniformes (Kottelat et al, 1993) atau Ostariophysi (Saanin, 1984) sub ordo Cyprinoidea, famili Cyprinidae, genus Thynnichthys dan spesies Thynnichthys polylepis (Kottelat et al, 1993) atau Thynnichthys polylepis, (Saanin, 1984).

Ikan motan mempunyai ciri morfologis sbb: Kepala meruncing, overculum mempunyai kelopak yang besar, mulut dianterior dan kecil, tidak ada bibir atas dan rahang bawah, mempunyai lipatan bibir yang kecil pada sudut rahang. Garis rusuk lurus dan memanjang ketengah-tengah ekor. Sirip dorsal kecil dan terletak sejajar dengan sirip ventral. Tidak mempunyai lebih dari 8 ruji bercabang. Tidak ada sisir insang dan lamna insang panjang, tidak ada pseudobrranchia (Mohsin dan Ambak,1992). Menurut (Saanin, 1984), ikan ini dikenal juga dengan nama Kendie, Menangin, Lambak, Ringan, Lumoh dan Pingan. Di Palembang, ikan ini di namakan Damaian / Lumopoko dan di Kalimantan disebut Ketup atau bau ketup (Subardja et al,1995).

IKAN TAMBAKAN

Ikan Tambakan Klasifikasinya, Phylum: Chordata, Sub Phylum: Craniata, Sub Klas: Gnathostomata, Klas: Pisces, Sub Klas: Teleostei, Ordo: Labirinthia, Sub Ordo: Anabontaidei, Famili: Anabontaidea, Genus: Holostoma dan spesies: Helostoma teminck, (Saanin, 1986).

Ikan Tambakan (Helostoma temmincki) Bentuk mulut proctractile yaitu mullut dapat disembulkan, celah mulut horizintal sangat kecil, rahang atas dan bawah sama, bibir tebal dan mempunyai deretan gigi yang ujungnya tajam (Susanto, 1997).

Ikan tambakan menyukai keadaan yang sedikit agak hangat yang biasanya terletak pada ketinggian 150 – 750 meter dari permukaan laut. Kisaran temperatur 25 – 30­ derajat celsius dan pH netral ( SUSANTO, 1984)

IKAN GABUS

Saanin (1984), Ikan gabus diklasifikasikan kedalam ordo Labyrintichi, family Ophiocephaloidae, genus Channa, Spesies Channa striata.

Ikan Gabus (Channa striata) merupakan ikan liar tawar yang potensial di dosmestikasi. Ikan ini sejak lama dikenal sebagai ikan kosumsi yang cukup populer di semua pasar (Cahyono, 2000).

DJUHANDA (1981), mendeskripsikan Ikan Gabus ( Channa striata) memiliki bentuk tubuh hampir bulat panjang, makin kebelakang makin menjadi gepeng. Punggungnya cembung, perutnya rata, sirip punggung lebih panjang dari sirip dubur, sirip yang pertama disokong oleh 38-45 jari-jari lunak, sirip yang disebut belakangan disokong oleh 23-27 jari-jari sirip dada lebar dengan ujung membulat disokong oleh 15-17 jari-jari lunak. Gurat sisi ada 52-57 keping, panjang tubuhnya dapat mencapai 100 cm.

(Suyanto, 1993) Sama halnya dengan lele dumbo, lokal pun dikaruniai alat pernafasan tambahan disebut arborescent organ. Maka wajar jika ia dapat mengambil/ menghirup oksigen langsung dari udara dengan bergerak vertikal.

Ikan Gabus (Channa striata) merupakan ikan liar tawar yang potensial di dosmestikasi. Ikan ini sejak lama dikenal sebagai ikan kosumsi yang cukup populer di semua pasar (Cahyono, 2000).

Kottelat et al (1993), Menyebutkan bahwa ikan gabus mempunayai warna gelap dan seluruh tubuhnya ditutupi dengan sisik. Di bagian dadanya kulit tubuhnya berwarna putih.

IKAN PEPETEK

Ikan pepetek (Leiognathus dussummieri), tergolong pada keluarga leiognathidae yang masih berkerabat dengan keluarga Carangiadae. Jenis ini merupakan jenis ikan yang kecil, Panjang tubuhnya tidak lebih dari 15 cm, Badanya tinggi dan bentuknya pipih. Daging dari jenis ini tidak begitu banyak, (Djuhanda, 1981).

IKAN SENANGIN

Menurut Kriswantoro dan Sunyoto (1986), nama lain Ikan Senangin di Inggris adalah Giant threadfin (tasselfish), Indian Salmon. Di Indonesia disebut Kurau (Jabar), Baling, Kuro (Jawa), Laceh (Madura), Senangin (Sumatra), Selangih (Sumatra Timur), dan Tikus-Tikus (Ambon).

Ikan Senangin (Polynemus tetradactylus ) diklasifikasikan kedalam ordo Percesoces, famili Polynemidae, genus Polynemus, spesies Polynemus tetradactylus, Ikan Senangin mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: bentuk mulut non proctractile, ukuran mulut lebar, posisi mulut didepan bola mata, ukuran bibir tipis dan tidak memiliki sungut.

Siregar (1979), mengatakan bahwa ikan senangin adalah ikan dengan badan yang panjang dan sedikit gepeng. Tubuh ditutupi oleh sisik yang besar-besar. Sedangkan tutup insang, moncong dan bagian sirip ditutupi oleh sisik yang halus

IKAN SARDIN

Menurut Saanin (1995) mengklasifikaikan ikan sardin berdasarkan sistem bleeker yatu:phylum chordata, kelas piscas, sub kelas teleostei, ordo percomorfes, sub ordo combroidea, famili serranidae, genus Sardinella, spesies Sardinella sirin.

Bentuk badan memanjang, perut agak bulat dengan sisik duri (16-18) + (12-14). Awal sirip punggung sedikit kemuka dari pertengahan badan, lebih dekat kearah moncong daripada kebatang sirip ekor. Sirip punggung berjari-jari lemah 15-18, sedang sirip duburnya 18-20. Terdapat sirip tambahan pada sirip perutnya. Tapisan insang halus berjumlah 36-42 pada bagian bawah busur insang pertama. Hidup di perairan pantai, lepas pantai. Pemakan plankton halus, dapat mencapai panjang 23 cm, umumnya 17-18 cm. Warna tubuh biru kehijauan, putih perak bagian bawah, gelap bagian atas badan. Direktorat (1979).

Ikan Sardin (Sardinella sirin). Merupakan ikan yang tergolong pada keluarga Stromidae yang berkerabat dengan keluarga Carangidae, bentuk badan panah dengan badan yang rendah. Merupakan ikan herbivora yang cenderung bersifat omnivora, selain suka melahap tumbuhan air, ia juga suka memakan udang atau ikan-ikan kecil dan hewan-hewan air lainnya. Djuhanda, (1981).

Ikan Sarden memiliki bentuk mulut non protaktil dengan ukuran sedang , Posisi sudut mulut satu garis lurus dengan sisi bawah bola mata, tubuh berbentuk torpedo, sirip punggung berbentuk sempurna dan terletak dipertengahan dengan permulaan dasar didepan sirip perut, sirip dada dibawah linea lateralis, sirip perut sub abdominal, sirip ekor berbentuk bulan sabit Saanin (1986).

IKAN PANTAU

Ikan Pantau (Rasbora borneesis) adalah ikan pelagik yang terdapat di sungai-sungai (air tawar). Mulutnya terminal, mempunyai tutup insang , berwarna kuning keemasan,liniea literalis sempurna, mempunyai sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anus, dan sirip ekor. Sirip ekor berbentuk cagak, sirip punggung dan sirip anus tidak bersatu hubungan sirip dada dan sirip perut abdominal, sisik berbentuk cycloid, tidak berbahaya (SAANIN, 1968).

IKAN KAPIEK

Ikan Kapiek menurut (PULUNGAN, 2000) Adalah moncong menonjol kedepan dan tumpul,kepalah bersegi tidak bersisik mata di bawah garis segi, mulut sub terminal, pada rahang atasa terdapat dua lipatan bibir, pada rahang bawah terdapat satu lipatan bibir, bibir luar rahang atas di sudut mulut menutupi lipatan bibir bawah, pada pertemuan lipatan bibir atas terdapat sungut pendek di atas bibir atas terdapat sungut pendek dan kecil, permukaan kepalah licin, garis rusuk sempurna 34-36 sisik.bentuk tubuh gepeng dan badannya tinggi, warna tubuh putih seperti perak dan punggung abu-abu kecoklatan dan perutnya putih mengkilat (DJUHANDA, 1981).

Ikan kapiek bentuk tubuh gepeng dan berbadan tinggi. Warna tubuh putih seperti petak dengan punggungyang abu-abukecoklatan dan perutnya putih mengkilat jumlah gurat sisiada 35-36 keping. Gurat sisi sempurna, sirip punggung merah dengan bercak kehitaman. Pada ujungnya, sirip dadqa dan perut berwarna nmerah, sirip ekor berwarma orange atau merah dengan pinggiran garis hitam atau putihsepanjang cuping sirip ekor. (SAANIN 1984)

IKAN KEMBUNG LAKI-LAKI

SAANIN (1968). Dalam tasoknomi mengklasifikasikan ikan kembung laki-laki (Scomber canagorta) sebagai Ordo Scombriformes, famili Scombridae, genus Scomber, dan spesiesnya adalah (Scomber canagorta) . Ikan kembung laki-laki tergolong ikan pelagik yang menghendaki perairan yang bersalinitas tinggi. Ikan ini suka hidup secara bergerombol, kebiasaan makanan adalah memakan plankton besar/kasar, Copepode atau Crustacea (KRISWANTORO dan SUNYOTO, 1986).

DJUHANDA ( 1981). Ikan kembung laki-laki (Rasterliger branchysoma) termasuk kedalam kelas Condrichthyes yang memmiliki rahang, tubuh bilateral simetris, muliutnya terminal, dan memiliki tutup insang, Ikan kembung laki-laki (Rasterliger branchysoma) juga memilikiliniea lateralis, rudimeter, finlet, memiliki lubang hidung dua buah (dirhinous), bersisik dan tidak memiliki sunngut. Ikan kembung laki-laki (Rasterliger branchysoma)juga memiliki sirip punggung I,II sirip perut, pectoralis, sirip anal dan sirip ekor bercagak.

IKAN NILEM/PAWEH

Ikan Nilem /Paweh (Osteochilus hasselti) bentuk tubuh hampir serupah dengan ikan mas, hanya kepalah relatif kecil, pada sudut-sudut mulutnya terdapat dua pasang sungut peraba. Warna tubuh ikan ini hijau abu-abuan, dan hidup di perairan yang jernih, makanan berupa tumbuhan.sirip punggung dari ikan nilem ini di sokong jari-jari keras dan 12-18 jari-jari lunak. Sirip ekor bercagakbentuknya simetris. Sirip dubur di sokong oleh 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak,sirip perut di sokong 1 jari-jari keras dan 8 jari lunak, sirip dada di sokong 1 jari-jari keras dan 13-15 jari-jari lunak. Di indonesia ikan ini terdapat di jawa, sumatra, dan kalimantan di luar indonesia terdapat di malaysia dan siam. (DJUHANDA, 1981).

IKAN BARAU

Ikan Barau (Hampala macrolepidota) bentuk tubuhnya hampir sama dengan ikan mas, tetepi jika kita perhatikan baik-baik ikan barau ini bentuknya lebih ramping dan lebih lansing, moncong lebih tirus dan di sudut mulutnya ada satu pasang sungut peraba, ikan ini adalah ikan pemangsa ikan kecil, juga suka memakan hewan-hewan lain, seperti udang, ketam, dan serangga.warna tubuh putih keperakan punggung bewarna gelap, pinggir badan dan perutnya bewarna lebih cerah, sirip-sirip bewarna kuning.pinggiran depan dari sirip punggung dan pinggiran luar dari sirip ekor bewarna hitam. Dari ujung depan pangkal sirip punggung berjalan garis hitam yang tebal melintang menujuh pangkal sirip ekor (DJUHANDA, 1981)

PULUNGAN (1987) mengemukakan bahwa jenis-jenis ikan dari famili siluridae merupakan air tawar yang pada umumnya menghuni perairan sungai, anak-anak sungai maupun danau-danau ukuran kecil (bekas aliran sungai) dan sangat bersembunyi disela-sela daun tanaman air yang terdapat disekitar tempat hidupnya. Ikan ini yang bernilai ekonomis ikan ini banyak sekali terdapat disungai-sungai bentuknya berpariasi dan bahkan dijadikan ikan hias.

IKAN TERI

Ikan Teri (Stolephorus commersoni) tubuhnya ramping kecil, panjang kurang dari 12 meter, mulutnya lebar sampai lewat belakang mata , rahang bawah lebih pendek dari pada rahan atas, moncongnya tumpul.sirip dubur dimulai dari tepat di bawah belakang dari sirip punggung,. Jenis ikan teri ini umumnya hidup di dekat pantai, tetapi pula yang masuk ke muara –muara sungai di air payau, kebanyakan ikan teri hidup dalam bergerombolan sangat besar. Sebetulnya banyak sekali nama ikan teri ini atau spesiesnya, ikan teri ini memmpunyai ari yang besar dalam perdagang indonesia dan bernilai ekonomis (DJUHANDA ,1981)

IKAN SELAR

Ikan selar tetengkek (caranx rottleri) selain mempunyai sirip tambahan dari sirip dubur dan sirip punggung bagian belakangnya, juga mempunyai tanda khas yang merupakan sisik besar,dan berduri pada gurat sisinya, melebar keatas dan kebawah badan. Ikan ini di dapat jauh ketengah-tengah lautan, tetapi anak-anaknya sering terdapat di muara-muara sungai yang besar.panjang tubuh ikan ini mencapai 40 cm lebih. Ikan seperti ini terdapat di seluruh daerah indo-pasifik (DJUHANDA, 1981)

IKAN PUYUH

Ikan puyuh (Anabas testudineus)adalah ikan air tawar yang termasuk kedalam Kelas Teleufei,Ordo Labyrinthisi (SAANIN 1984) , Atau perciformes (KOTTELAT et al, 1993).Famili Anabantidae, Genus anabas, Pol dan Species Anabas tustidineus (KOTTELAT et al, 1993).

Ikan puyuh termasuk kedalam kingdom animalia, Phylum Chordata, Kelas pisces, Ordo Labyrinthisi, Famili Anabantidae, Genus Anabas dan Spesies Anabas testudineus(SAANIN, 1968).

IKAN NILA

Djarijah (1995) mengklasifikasikan ikan Nila sebagai berikut : Phylum Chordata, Subphylum Vertebtara, Klass Osteichtyes, Subklass Achanthoptherigi, Ordo Percopmorpa, Subordo Perciodea, Family Chiclidea, Genus Oreochromis, dan Spesies Oreochromis niloticus.

Ikan Nila bersifat omnivora tapi cenderung untuk mengkonsumsi makanan yang berasal dari Plankton, Tumbuh-tumbuhan hakus, dedak tepung bungkil kacang, ampas kelapa dan lain sebagainya ( Asmawi, 1986).

IKAN SEBELAH

Ikan sebelah (Psettodes erumeri) memiliki klasifikasi yaitu: Ordo: Heterosomata, Famili: Psettodidae, Genus: Psettodes, Spesies: Psettodes erumeri. Ikan sebelah merupakan ikan yang tergolong ke dalam kelompok ikan yang memiliki tubuh non bilateral simetris, karena apabila tubuh ikan ini dibelah dua secara membujur, maka belahan sebelah kanan tidak mencerminkan bagian yang sebelah kiri. Ikan ini memiliki bentuk tubuh pipih mendatar.memiliki rahang dan susunan gigi pada kedua belah pihak dari tubuhnya hampir sama. Ikan-ikan ini di iIndonesia tidak begitu ekonomis disebabkan tubuhnya tidak begitu besar dan jumlahnya tidak banyak (Djuhanda, 1981).

IKAN SEPAT RAWA

Ikan Sepat Rawa (Trichogaster trichopterus) memiliki ciri-ciri bentuk tubuhnya seperti ikan sepat siam yaitu tubuhnya pipih, kepalanya mirip dengan ikan gurami muda yaitu lancip. Panjang tubuhnya tidak dapat lebih besar dari 15 cm, permulaan sirip punggung terdapat di atas bagian yang lemah dari sirip dubur. Pada tubuhnya ada dua bulatan hitam, satu di tengah-tengah dan satu di pangkal sirip ekor. Sirip ekor terbagi ke adalan dua lekukan yang dangkal. (Haridiwiyoto, 1993).

Dan Ikan Sepat Rawa memiliki permulaan sirip punggung atas yang lemah dari sirip duburnya. A. XI – X (XII). 33-38. bagian kepala dibelakang mata dua kali lebih dari permulaan sirip punggung di atas bagian berjari-jari keras dari sirip dubur ( Saanin, 1968).

IKAN KAPAS-KAPAS

Saanin (1984) mengungkapkan klasifikasi ikan kapas-kapas dengan ordo Percomorphi, familli Leiognathidae, genus Geres dan Species Geres punctatus. Kemudian Hasibuan (1998) juga menyatakan ikan kapas-kapas merupakan kelompok ikan yang memiliki ukuean tubuh yang relatif kecil, bentuk tubuh pipih dan kepala meruncing, dengan mulut yang agak runcing kedepan.

IKAN BANDENG

Ikan bandeng Menurut Djuhanda (1981) mempunyai tubuh yang ramping dan ditutupi oleh sisik dengan jari-jari yang lunak. Sirip ekor yang panjang dan bercagak. Mulut sedang dan non protractile dengan posisi mulut satu garis dengan sisi bawah bola mata dan tidak memiliki sungut.

Ikan Selar kuning

Menurut Alamsyah (1974), ikan Selar Kuning (Caranx leptolepis) termasuk dalam ordo: Percomorphi, familiy: Carangidae, genus: Caranx dan spesies: caranx leptolepis. Mempunyai bentuk tubuh seperti torpedo, sirip ekor bercagak, , habitat di laut.

IKAN MERAH

Menurut Saanin (1984), mengklasifikasikan ikan Merah dalam ordo: Percomorphi, family: Lucanidae, genus: Lucanus dan spesies: Lutianus erythropterus. Dengan ciri-ciri kepala tumpul dan ekor berlekuk, tubuh berwarna merah agak keputihan

Ikan merah (Lutjanus eryptropterus) adalah ikan yang berada di perairan luat.bentuk tubuh bilateral simetris dengan klasifikasinya adalah Ordo Percomorphi, Famili Lucanidae, Genus lutjanus, Spesies Lutjanus eryptropterus. Pada ikan merah mulutnya besar, dapat disembulkan kedepan, ujung belakang dari rahang atas terletak dibawah sudut dari depan bola mata. Ikan merah ini mempunyai empat buah sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, dan ekor. Warna sirip tersebut bewarna merah kelam (DJUHANDA, 1981).

IKAN KERAPU MACAN

LAGLER et al. dalam ANONIMOUS (1998) Ikan kerapu macan (Ephinephelus lauvina) adalah ikan yang termasuk kedalam Fanili serranidae. Ikan ini mempunyai sifat hermaprodite protoginous yaitu pada perkembangan mencapai dewasa (matang gonat) berjenis kelamin betina dan akan berubah kelamin jantan setelah dewasa.ikan kerapu macan termasuk kedalam Ordo Percomorphi, Famili serranidae, Genus ephinephelus, Spesies (Ephinephelus lauvina)

IKAN TENGGIRI.

Ikan tenggiri (Cybium commersoni) merupakan salah satu jenis ikn yang banyak terdapat di Propinsi Riau dari hasil utama bagi para nelayan. Secara fisik ikan tenggiri mempunyai dua jenis daging yaitu daging merah (gelap) dan daging putih (terang), sedangkan secara kimia daging merah banyak mengandung lemak, glikogen dan vitamin dan untuk daging putih banyak terdapat protein (HASAN, 1984).

Ikan tenggiri tergolong kedalam famili Scombridae yang mempunyai bentuk memanjang, daging kulit yang licin, tidak bersisik kecuali sisik-sisk pada gurat sisi yang kecil-kecil, sirip pungung ada dua, letaknay berdekatan sekali yang depan disokong oleh jari-jari keras yang lemah sebanyak 16-17 buah, yang belakang disokomg oleh 3-4 jari-jari keras dan 13-14 jari-jari lunak. Sirip dubur sama besar nya dengan sirip punggung yang belakang, dan disebelah belakangnya terdapat sirip-sirip tambahan sebanyak 9-10 buah, sama seperti pada sirp punggung. Sirip ekor cagak dua berlekuk dalam dengan kedua ujung sirip-siripnya yang panjang. Mulut nya lebar, rahang atas dan rahang bawah begerigi tajam dan kuat, langit-langit bergigi kecil-kecil. Warna punggungnya kebiru-biruan, pinggiran tubuh dan perut beawarna seperti perak. Jenis ikan ini tergolong pada ikan yang besar, panjang tubuhnya dapat sampai 150 cm (DJUHANDA, 1981).

Ikan ini termasuk ikan perenang tercepat dan juga termasuk ikan buas, predator dan karnivor. Penyebarannya terdapat di laut Merah, dekat pantai Timur Afrika, Laut-laut India, Malaysia, Indonesia dan sekitarnya yang banyak disukai orang-orang dan dipasar selain dijual segar banyak jua yang diasin dan dipindang bahkan ada yang dibuat empek-empek dan kerupuk karena dagingnya yang begitu halus dan gurih.

IKAN BIJI NANGKA

Ikan Biji Nangka (Upeneus mullocensin) tergolong kedalam keluarga mugilidae, bentuk tubuhnya hampir sama dengan ikan merah,. Kedua macam keluarga ini mempunyai banyak sifat-sifat yang sama, hanya ada sedikit perbedaan, yaitu pembagian sirip punggung bagian depan dengan bagian belakang tidak jelas. Gigi-gigi pada rahang runcing-runcing dan tersebar merata. Sirip punggung dan sirip anus bersisik sedikit, mulutnya besar, dapat disembulkan ke muka, ujung belakang dari rahang atas terletak dibawah sudut depan dari mata. Keping tulang lengkung insang depan berlekuk. Sirip ekor berlekuk, sirip dada tidak lebih panjang dari kepala. Sirip dubur memiliki tiga jari-jari keras, dan jumlah jari-jari keras ada antara 7-9. Sirip punggung mempunyai 10 jari-jari keras dan 13 jari-jari lunak. Linnea lateralisnya berlekuk keatas dan pada bagian bawah kepala didekat tenggorakan terdapat sepasang sungut (Djuhanda, 1981).

IKAN BAWAL HITAM

Ikan Bawal hitam (Stromateus niger) tergolong pada keluarga Stromatidae yang berkerabat dengan keluarga Carangidae. Bentuk tubuhnya pipih dengan badannya yang tinggi sehingga hampir menyerupai bentuk belah ketupat. Ikan ini tubuhnya berwarna hitam, sirip punggung hanya satu mempunyai 5 jari-jari keras dan 42-44 jari-jari lunak. Sirip dubur besarnya hampir sama dengan sirip punggung, disokong oleh 3 jari-jari keras dan 35-39 jai-jari lunak. Sirip dada mempunyai 22 jari-jari lunak, bentuknya melengkung dengan ujung-ujungnya yang tirus dan pangkalnya yang kuat dan lebar. Sirip perut tidak ada. Sirip ekor cagak dua dengan lekukan yang dalam, pangkal sirip ekor bulat kecil. Gurat sisi dibangunkan oleh sisik-sisik yang lebih besar dari pada sisik-sisik yang lainnya dari tubuh. Kalau di lihat dari bentuk sirip dada, pangkal siripekor danstruktur gurat sisi, iakn ini mempunyai persamaan dengan ikan-ikan dari keluarga Carangidae.

Ikan Bawal hitam dapat berenang dalam posisi miring seperti ikan Sebelah. Panjang tubuhnya dapat mencapai 60 cm, dagingnya baik sebagai bahan makanan, dan mempunyai pasaran yang baik. Ikan ini tidak banyak terdapat di dekat-dekat muara sungai, biasanya bergerombol banyak di tengah-tengah lautan. Jenis ikan-ikan ini terdapat di laulaut India, Indonesia, Malaysia, dan Cina. (T. Djuhanda, 1981).

Ikan Bawal (Stromateus Sp) ikan tergolong stromatidea yang berkerabat dengan Carangidae. Bentuk badan pipih dengan badan yang panjang sehigga hampir menyerupai bentuk belah ketupat . Ikan Bawal ini merupakan herbivora yang cendrung bersifat omnivora, selain suka melalap tumbuhan ia juga suka memakan udang ataupun ikan-ikan kecil dan hewan lainnya (Tatang, 1981) .

Ikan Bawal hitam (Stromateus niger) ciri-ciri marfologinya adalah badan sangat besar dan gepeng seperti belah ketupat. Sirip ekor bercagak kuat dengan lembaran lebuh panjang D VII-VIII : 28-30, A III : 28-30. Termasuk pemakan plankton, hidupnya didasar perairan yang berlumpur sampai kedalaman 100 meter, umumnya dimuara-muara sungai besar. Warnanya abu-abu keunguan bagian atas, putih perak bagian bawah. Siripnya agak gelap. Perbedaanya dengan bawal hitam selain sirip dubur yang lebih panjang. Ikan ini termasuk ikan ekonomis yang banyak dijual dipasar-pasar (Saanin, 1984)

IKAN PATIN

Jambal siam (patin) terklasifikasikan dalam ordo Ostariophyri, sub ordo Siluroide, famili Pangasidae, genus Pangasius, spesies Pangsius sutchi. (Saanin, 1984). Ikan Jambal siam termasuk ke dalam genus Pangasius dan famili Pangasidae (Robert and Vidthayanon, 1991). Morfologi ikan Jambal siam mempunyai badan memanjang dan pipih, posisi mulut sub terminal,dan dilengkapi dengan 4 buah sungut. Sirip punggung berduri dan bersirip tambahan serta terdapat garis lengkung mulai dari kepala sampai pangkal sirip ekor. Bentuk sirip tersebut agak bercagak dengan bagian tepi berwarna putih dengan garis hitam ditengah. Ikan ini mempunyai panjang maksimum 150 cm. (Sumantadinata, 1993)

IKAN TONGKOL

Ikan tongkol terklasifikasi dalam ordo Goboioida, family Scombridae, genus Euthynnus, spesies Euthynnus pelamis .Ikan tongkol masih tergolong pada ikan Scombridae, bentuk tubuh seperti betuto, dengan kulit yang licin .Sirip dada melengkung, ujngnya lurus dan pangkalnya sangat kecil. Ikan tongkol merupakan perenang yang tercepat diantara ikan-ikan laut yang berangka tulang. Sirip-sirip punggung, dubur, perut, dan dada pada pangkalnya mempunyai lekukan pada tubuh, sehingga sirip-sirip ini dapat dilipat masuk kedalam lekukan tersebut, sehingga dapat memperkecil daya gesekan dari air pada waktu ikan tersebut berenang cepat. Dan dibelakang sirip punggung dan sirip dubur terdapat sirip-sirip tambahan yang kecil-kecil yang disebut finlet. (T. Djuhanda, 1981).

IKAN ALU-ALAU

Ikan alu-alu terklarifikasi dalam phylum Chordate, kelas Pisces, ordo Perciformes, family Sphyraenidae, genus Sphyraena, species Sphyraena jello. Bentuk tubuhnya bulat panjang dengan kepalanya menirus kebagian moncong, mulutnya lebar, rahang bawah lebih panjang dari pada rahang atas. kedua rahang serta langit-langit mempunyai gigi yan relatif besar dan tajam, badan dan kepala pada pipi dan tutup insang ditutupi dengan sisik-sisik kecil, pinggir tubuh dan perutnya berwarna perak dan mengkilat, tetapi punggungnya berwrna hijau abu-abu, mempunyai dua sirip punggung yang di depan seluruhnya disokong oleh jari-jari keras dan sebanyak lima buah, dan yang belakang hanya mempunyai satu jari-jari keras dan sebanyak sembilan jari-jari lunak, sirip ekor bercagak, berlekuk dua dan mempunyai 17 jari-jari lunak, sirip dubur mempunyai satu jari-jari keras dan 8-9 jari-jari lunak, sirip dada letaknya lebih ke bawah, biasanya hidup di laut tropis dan sub tropis. (T. Djuhanda, 1981).

IKAN HIU

Ikan Hiu (Carcharias menissorah), terklasifikasi dalam phylum Chordata, kelas Pisces, sub kelas Elasmobranchii, ordo Selachi, famili Carcharidae, genus Carcharias, dan spesies Carcharias menissorah. Ciri-ciri ikan hiu berhabitat di perairan laut di sekitar gosong-gosong karang dan di depan muara sungai, memiliki satu gigi runcing, memiliki bentuk tubuh bilateral simetris yang sagitiform, mulut superior, dan memiliki lima kantung insang. Hiu jenis ini panjang tubuhnya tidak dapat melebihi dari 1 meter. (T. Djuhanda, 1981)

IKAN SELAR COMO

Ikan Selar como (Caranx mate), tergolong pada keluarga Carangidae. Tubuh ikan-ikan dari keluarga ini bentuknya ada yang sedikit gepeng, ada yang lonjong, dan ada juga yang tinggi. Pangkal ekor kecil, bentuknya bulat panjang. Biasanya mempunyai sisik-sisik kecil tipis dari jenis sikloid, atau ada juga yang tidak bersisik. Gurat sisi sempurna, pada bagian depan melengkug ke atas, pada bagian belakang melurus sampai di ujung ekor. Ada segolongan ikan-ikan dari keluarga Carangidae yang mempuntai sisik-sisik gurat sisi yang besar-besar dan pada pinggiran belakangnya seolah-olah merupakan duri. Gigi-gigi terdapat pada rahang-rahang, lidah dan langit-langit, bentuknya halus dan kecil-kecil. Sirip punggung ada dua yang terpisah secara jelas, yang depan disokong oleh jari-jari keras saja, sedangkan yang belakang mempunyai satu atau beberapa jari-jari keras saja dan banyak jari-jari lunak. Pada beberapa jenis terdapat sirip tambahan pada sirip punggung dan sirip duburnya bagian belakang sekali, yang merupakan jari-jari sirip lunak yang lepas-lepas dan membentuk sirip kecil-kecil. Sirip ekor cagak dua dengan lekukan yang sangat dalam. Sirip duburnya lebar dan panjang, sama besarnya dengn sirip punggung bagaian belakang. Sirip perut terletak tepat di bawah sirip dada dan sirip dadanya besar dan kuat, terletak lebih ke bawah. Bentuk sirip dada pinggiran depannya melengkung ciut ke ujung dengan bagaian pangkalnya yang kuat dan lebar. (T. Djuhanda, 1981).

IKAN JUARO

Ikan Juaro (Pangasius polyuranodon) termasuk ke dalam keluarga Pangasidae (SAANIN, 1984). Memiliki ciri-ciri yaitu tidak memiliki sisik, sirip punggung berjari-jari keras dan tajam (KOTTELAT et al, 1993). Daerah penyebaran ikan juaro di Indonesia yaitu Sumatera dam Kalimantan namun untuk penyebaran genus Pangasius di mulai dari India, Birma, Thailand (SOETIKNO dalam HENNYWATI, 1998).

IKAN SELAIS

Ikan selais kryptopterus apogon Blkr, atau lebih dikenal dengan nama Selais Panjang Lampung merupakan salah satu bagian potensi perairan Riau. Ikan ini masih tergolong ikan air tawar yang hidup secara liar, namun demikian ikan ini mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting. Ikan ini telah menjadi jenis ikan yang sangat digemari oleh masyarakat.

IKAN LELE DUMBO

Ikan Lele Dumbo (clarias gariepinus) termasuk kedalam filum Chordata, kelas Pisces, sub kelas Teleoistei, ordo Ostariophysi, sub ordo Siluroidae, family Clariidae, genus Clarias, spesies Clarias gariepinus (SUYANTO, 2002). Pada mulanya nama ilmiah ikan Lele Dumbo adalah Clarias fuscus dan kemudian diganti menjadi Clarias gariepinus. Pengganti nama ini berdasarkan atas sifat-sifat induk jantan yang dominan diturunkan kepada anaknya. Dari hasil penyilangan itu ternyata keturunan ikan Lele yang dihasilkan mempunyai sifat-sifat yang unggul (SUYANTO, 1992).

WEBER DAN BEAUFORT (1992), serta SAANIN (1984) Mengklasifikasikan Ikan Gabus (Channa striata) dalam kelas Osteichthyes, ordo Labirinthici, Sub Ordo Ophiochepaloide, famili Ophiocephilidae, dan genus Ophiochepalus serta spesies Ophiochepalus striatus.

Menurut VIVIEW et al (1985) bahwa cirri-ciri ikan lele dumbo mempunyai kulit yang tidak bersisik (licin), berwarna gelap pada bagian punggung dan sisi tubuh.bila dalam keadaan stress kulitnya seperti mosaic berwarna gelap dan tolol putih (terang).Mulut lebar sehingga memakan mangsannya yang panjangnyaseperempat panjang tubuh ikan lele dumbo. Disekitar tubuhnya terdapat delapan buah sungut yang berfungsi sebagai peraba.

IKAN LAYUR

Ikan Layur (Trychiurus savala) tergolong kepada keluarga Trichiuridae, bentuk tubuh panjang gepeng, ekornya panjang seperti pecut. Kulitnya tidak bersisik, warnanya memutih keperak-perakkan sedikit kuning. Sirip punggungnnya satu, dimulai dari belakang kepala terus sampai di ekor, jumlah jari-jari sirip lunaknya antara 140-150 buah. Sirip ekor tidak tumbuh, sirip dubur terdiri dari sebaris duri-duri kecil yang lepas-lepas. Tidak mempunyai sirip perut dan ikan ini bersifat karnivor, (Djuhanda, 1981).

IKAN OMPOK

Ikan Ompok (Ompok hypopthalmus) merupakan ikan air tawar yang tergolong kedalam Famili Siluridae. Jenis-jenis ikan ini sudah dikenali sebagian masyakat yang berada dikawsan Sunda plat. Akan tetapi nama yang diberikan kepada ikan selai sangat berfariasi dengan asal dimana jemnis-jenis Ikan Ompok ini di dapat (Pulungan, 1985).

Ikan Ompok (Ompok hypopthalmus) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut bentuk penampang punggung agak cembung dengan bentuk pipih memanjang dibedakan dari semua jenis, Ompok hypopthalmus kepalanya pnjang 4,6-5,3 kali lebih pendek dari panjang standar,sungut-sungutnya memendek , kira-kira sampai setengah atau sepanjang diameter mata,sirip dada jauh lebih pendek dari peda kepala, rahang bawah meruncing melampaui rahang atas, ketika mulut ditutupi sirip punggung tidak terdapat (Weber dan Debeaufort, 1916; Saanin, 1984; Kottelat et al, 1993).

Ikan Ompok danau merupakan salah satu jenis ikan selais yang ada di Riau dan termasuk jenis ikan air tawar yang hidup di sungai, anak sungai dan danau (oxbow lake) yang terdapat disekitar aliran sungai utama di daerah Riau (Pulungan et al, 1985).
http://www.friendster.com/photos/84818661/1/400818702

Meneningkatkan konsentrasi

Kemampuan berkonsentrasi pasti membawa keberhasilan. Kemampuan ini menghasilkan penguasaan atas situasi, meningkatkan keefisienan, dan memungkinkan Anda memecahkan masalah Anda. Milton Wright berkata, "Ukuran bagi seorang manusia adalah sejauh mana ia dapat berkonsentrasi." Sebelumnya, Emerson menulis, "Konsentrasi adalah rahasia keberhasilan dalam politik, perang, perdagangan, singkatnya dalam semua manajemen urusan manusia."

Bila Anda merasa daya konsentrasi Anda lemah, cobalah beberapa saran dari Robert J. Lumsden yang dituliskan dalam bukunya 23 Langkah Menuju Sukses dan Prestasi :

  1. Pertama, lakukan segala yang dapat Anda kerjakan untuk mencegah masuknya gangguan. Belajar di dalam ruang duduk di mana radio atau TV dinyalakan atau orang lain tengah berbicara, tidak akan membantu. Bekerjalah sendiri dan usahakan agar ruangan memiliki ventilasi, penerangan, dan kehangatan yang memadai.
  2. Sewaktu memulai, tolak godaan untuk bermimpi tentang masa lalu atau masa datang. Jangan biarkan mata Anda menatap berkeliling, tetapi jaga agar tetap menatap ke arah pekerjaan Anda. Anda akan terbantu dengan menuliskan catatan atau menggambar sketsa yang relevan dengan subjek yang Anda hadapi.
  3. Salah satu musuh dari konsentrasi adalah kebosanan. Perhatian Anda tidak melayang ke mana-mana selama menonton film atau sewaktu membaca novel yang mencekam. Kebosanana mungkin menyelinap masuk apabila Anda bekerja terlalu lama. Oleh karena itu, batasi waktu belajar selama satu jam; kemudian ambil isitrahat selama sepuluh menit dan kerjakan sesuatu yang berbeda.
  4. Anda akan terbantu dengan menetapkan batas waktu. Berikan diri Anda jumlah kerja yang pantas untuk dikerjakan dalam satu jam, satu minggu, satu bulan. Dengan memberikan tantangan kepada diri Anda, Anda telah mendapatkan bantuan untuk emosi Anda, dan rasa harga diri akan terus mendorong Anda.
  5. Musuh terakhir dari konsentrasi adalah sikap mengalah. Jangan pernah berpikir negatif seperti - Saya tidak akan pernah menguasainya. Otak Anda lebih mampu dan cakap darpiada yang Anda kira. Jangan takut untuk meregangkannya. Otak akan bangkit karena tuntutan yang lebih berat. Percayalah akan kekuatan Anda sendiri. Hampiri pekerjaan dengan tekad.

Di balik tips itu semua, daya ingat dan konsentrasi akan makin menurun dengan bertambahnya umur. Ada cara-cara untuk menjaga daya ingat dengan menggunakan jembatan keledai, dsb. Penurunan daya ingat yang amat cepat dapat disebabkan kerusakan sel otak akibat trauma kepala, penyakit pembuluh darah otak (stroke karena penyempitan pembuluh darah otak), Alzheimer, dll.